Senin, 19 Januari 2015

Ala Perancis

 

 

 

Sejarah Masakan Perancis


   Abad 15-19
Perancis memiliki sejarah kuliner yang panjang. Pada abad ke-15, Catherine de Medicidari Italia pindah ke Perancis untuk menikahi Henry duc d’Orleans (bakal Raja Henry II), dengan membawa buku-buku masak Firenze yang berisi resep-resep masakan Italia. Pada saat itu, Perancis belum dikenal akan tradisi kulinernya. Catherine membawa para ahli masak dari Italia dan memperkenalkan banyak jenis masakan, cara penyajian dan aturan persiapan makan malam ke Perancis. Dalam tahun-tahun berikutnya, bangsa Perancis mulai menciptakan masakan yang penuh warna dan cita rasa yang inovatif. Walaupun saat ini Perancis dan Italia telah mengembangkan tradisi kuliner yang sangat berbeda, namun sebenarnya awal mula budaya kuliner Perancis banyak dipengaruhi dari masa tersebut.
Pada tahun 1652, sebuah buku masak pertama Perancis bernama Le Cuisine Françoisditulis oleh koki terkenal bernama La Varenne. Buku tersebut menjadi bukti bahwa tradisi kuliner Perancis sudah menjadi bagian penting dalam budaya masak dan makan malam diEropa. Buku itu memberikan penjelasan mengenai metode penyajian, termasuk cara membuat roux, masakan yang terbuat dari campuran tepung dan mentega untuk mengentalkan sup dan saus. Sebelum roux ditemukan, cara orang Perancis untuk mengentalkan sup hanya dengan mencampurkannya dengan roti.
Sampai penjara Bastille dibobol pada tahun 1789, sebagian besar rakyat Perancis adalah petani miskin yang mengonsumsi makanan berupa palawija. Di abad-abad berikutnya, kaum bangsawan menjadi semakin kuat, yang berimbas pada berkembangnya makanan bermutu sebagai perlambang status sosial. Pada abad ke-19, Haute cuisine atau Grande cuisine (Masakan Haute) mulai tercipta dan disajikan di rumah-rumah bangsawan namun mayoritas masyarakat masih miskin dan menderita kekurangan makanan. Chef master Marie-Antoine Carême yang menciptakan metode kuliner Haute berkontribusi dalam memopulerkan toque, topi tinggi berwarna putih yang dipakai bersama seragam chef sampai saat ini.
2)      Abad ke 20
Masakan Perancis mengalami perubahan besar di abad ke-20. Metode kuliner hauteberkembang pesat dan dikenal akan cara penyajiannya yang rumit dan seksama.Kemunculan masakan baru (nouvelle cuisine) dimulai pada tahun 1970-an menggeser kepopuleran masakan klasik yang rumit.Ciri khas masakan baru ini adalah penggunaansaus krim dan berfokus pada rasa yang murni tanpa menggunakan banyak bahan masakan. Metode ini memengaruhi masakan Perancis sampai sekarang, yang dapat dilihat dengan cara penyajian yang lebih fleksibel dan banyak bereksperimen dengan citarasa non tradisional.
Masakan Perancis moderen berawal dari masa Perang Dunia I. Sistem transportasi yang semakin baik di paruh pertama abad ke-20 ikut memopulerkan kedua jenis kuliner kelas atas dan daerah yang sebelumnya terpisah.Pasca Perang Dunia II, industri pariwisataberkembang pesat dan menyebabkan masakan-masakan khusus telah dapat dinikmati warga dengan harga yang terjangkau.
3)      Sekarang
Saat ini dimana saja, rakyat Perancis dapat menikmati berbagai jenis masakan apa saja. Bistro dan kafe menjamur di seluruh negeri dan warga dapat menentukan sendiri kualitas, rasa dan tampilan masakan. Sekarang banyak orang yang punya pekerjaan di kota-kota besar tidak memiliki cukup waktu untuk makan siang namun mereka menikmatinya di kafetaria atau bar makanan ringan dengan memesan hamburger atau hot dog.

7 Kuliner perancis

1. Crepes 
Crepes adalah panekuk tipis versi Perancis. Makanan ini dapat diberi topping apa saja seperti krim, stroberi, ham dan keju. Meskipun makanan ini sekarang mudah ditemukan di mana saja, crepes adalah salah satu makanan yang wajib dicoba ketika berada di Perancis. Crepes memiliki rasa yang lezat dan dapat dimakan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam.
2. Baguette
 
Bagi orang Perancis, makanan paling lezat adalah baguette yang baru keluar dari oven. Baguette adalah salah satu jenis roti Perancis yang paling populer di seluruh dunia. Roti ini mempunyai ukuran panjang dan teksturnya sangat renyah. Diameter standar baguette kira-kira 5 atau 6 cm. Baguette terpanjang dapat mencapai 1 meter. Ketika berada di Perancis, kamu akan melihat banyak warga Perancis membawa roti ini di berbagai kesempatan.
3. Café au lait
Salah satu jenis kopi Perancis yang paling terkenal adalah café au lait. Popularitas kopi ini sangat tinggi dan bisa dengan mudah mendapatkan kopi ini di berbagai kafe di seluruh dunia. Café au lait dibuat dengan mencampur kopi hitam kental dengan susu panas. Perbandingan susu dan kopi dalam café au lait adalah 1:1 sehingga rasa dari kopi tidak pahit. 
Café au lait hampir sama dengan caffé latte, namun tidak menggunakan campuran espresso melainkan kopi hitam. Café au lait diproses dengan menyaring kopi giling bersama dengan chicory yaitu tanaman yang akarnya dapat dibakar. Setelah itu kopi disaring dengan kain berbahan katun dan dicampur dengan susu. Biasanya warga Perancis meminum café au lait saat sarapan.
4. Escargot 
Escargot adalah makanan terkenal Perancis yang menggunakan bahan dasar bekicot. Bekicot mungkin bukan makanan yang lezat bagi banyak orang, namun apabila dimasak dengan tepat dapat dibuat menjadi makanan lezat. Daging bekicot sangat kaya protein, vitamin B2 dan mengandung asam amino yang baik untuk tubuh. Daging bekicot sudah dikonsumsi secara luas di berbagai negara seperti Jepang dan Cina yang biasa memasaknya dengan jahe, cuka dan kecap. Escargot di Perancis biasanya dimasak dengan mentega dan bawang putih yang membuat rasanya benar-benar lezat.
5. Fromage 

Fromage adalah bahasa Perancis untuk keju. Perancis memiliki ratusan varietas jenis keju dengan berbagai rasa yang berbeda. Kamu dapat bereksperimen dengan memesan porsi beragam keju Perancis hingga menemukan yang benar-benar cocok dengan selera. Keju di Perancis biasanya disajikan setelah hidangan utama. Secara umum, jenis keju terdiri dari keju awetan yang keras, keju lunak dan keju biru. Biasanya keju dinikmati dengan segelas anggur agar kelezatannya lebih terasa.
6. Bouillabaisse 
Bouillabaisse adalah makanan khas Perancis dengan bahan dasar ikan yang disajikan dengan sup. Makanan ini awalnya berasal dari Yunani kuno. Bouillabaisse dikonsumsi pertama kali oleh para pemancing di Goudes, di wilayah kota Marseille. Makanan ini menjadi salah satu yang paling dicari oleh penggemar kuliner tradisional di Perancis. Ikan biasanya disajikan secara terpisah bersama dengan saus rouille dan roti panggang yang dapat ditambahkan ke dalam sup.
7. Gaufres 
Gaufres adalah salah satu makanan jalanan paling populer di Perancis. Makanan ini mirip dengan wafel Belgia yang disajikan dengan selai cokelat dan gula bubuk sebagai topping. Harga Gaufres sangat terjangkau dan mudah ditemukan di jalanan berbagai kota di Perancis. Memakan Gaufres sambil berjalan-jalan di Perancis pada malam terang bulan dapat menjadi kenangan indah dalam hidupmu. 
 

Sejarah Film Indonesia

      



     Awal Sinema Indonesia (1926-1949), Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1900-an masyarakat kita sudah mengenal adanya film atau yang lebih dikenal dengan “Gambar Hidoep”. Hal ini dibuktikan dengan adanya koran Bintang Betawi No.278, 5 Desember 1900 yang memuat iklan bioskop. Seni pertunjukkan film pada masa itu diselenggarakan oleh orang Belanda. Jenis bioskop terbagi menjadi tiga golongan berdasarkan status penonton, yaitu bioskop untuk orang Eropa, bioskop orang menengah, dan golongan orang pinggiran. Pada tahun 1925 sebuah artikel di koran masa itu, De Locomotif, memberi usulan untuk membuat film. Pada tahun 1926 dua orang Belanda bernama L. Heuveldorp dan G.Kruger mendirikan perusahaan film, Java Film Coy di Bandung dan pada tahun yang sama mereka memproduksi film pertamanya berjudul Loetoeng Kasarung (1926), yang diangkat dari legenda Sunda. Film ini tercatat sebagai film pertama yang diproduksi di Indonesia dan ini dianggap sebagai sejarah awal perfilman Indonesia. Film ini diputar perdana pada 31 Desember 1926. Film berikutnya yang diproduksi adalah Eulis Atjih (1927) berkisah tentang istri yang disia-siakan oleh suaminya yang suka foya-foya.


      Dalam perkembangan berikutnya banyak bermunculan studio film yang dinominasi oleh orang-orang Cina. Pada tahun 1928 Wong Brothers dari Cina (Nelson Wong, Joshua Wong, dan Othniel Wong) mendirikan perusahaan film bernama Halimun Film dan memproduksi film pertamanya Lily Van Java (1928). Film ini berkisah tentang seorang gadis Cina yang dipaksa untuk menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya, padahal ia telah memiliki kekasih. Film ini sendiri kurang disukai oleh penonton pada masa itu. Wong Brothers akhirnya mendirikan perusahaan film baru bernama Batavia Film. Selain Wong Brothers, ada pula Tan’s Film, Nansing Film dan perusahaan milik Tan Boen Swan. Nansing Film dan perusahaan Tan Boen Swan memproduksi Resia Borobudur (1928) dan Setangan Berloemoer Darah (1928).


      Setelah L.Heuveldorp menarik diri, G.Kruger mendirikan perusahaan film sendiri bernama Kruger Filmbedriff, yang memproduksi, Karnadi Anemer Bangkong (1930) dan Atma De Visher (1931). Selain itu orang Belanda lainnya yaitu F.Carli yang mendirikan perusahaan film bernama Cosmos Film Corp atau Kinowerk Carli yang memproduksi De Stem des Bloed (Nyai Siti, 1930) yang berkisah mengenai orang Indo, lalu juga Karina’s Zelfopoffering (1932). Sedangkan Tan’s Film dan Batavia Film pada tahun 1930 memproduksi Nyai Dasima (1930), Si Tjonat (1930), Sedangkan Halimun film memproduksi Lari Ke Arab (1930)

     Masuk era film bicara, tercatat dua film tercatat sebagai film bicara Indonesia pertama adalah Nyai Dasima (1931) yang di-remake oleh Tan’s Film serta Zuster Theresia (1931) produksi Halimun Film. Masa ini juga muncul The Teng Chun yang mendirikan perusahaan The Teng Chun ”Cino Motion Pict” dan memproduksi Boenga Roos dari Tjikembang (1931) dan Sam Pek Eng Tai (1931). Sasarannya adalah orang-orang Cina dan kisahnya pun masih berbau budaya Cina. Sementara Wong Brothers juga memproduksi Tjo Speelt Voor de Film (1931). Sedangkan Kruger dan Tans’s berkolaborasi memproduksi Terpaksa Menikah (1932). Di penghujung tahun 1932 beredar rumor kuat akan didirikan perusahaan film asal Amerika. Semua produser menjadi takut karena tak akan bisa menyaingi dan akhirnya Carli, Kruger dan Tan’s Film berhenti untuk memproduksi film. Studio yang masih bertahan adalah Cino Motion Picture. 

    Beberapa tahun setelahnya muncul seorang wartawan Albert Balink yang mendirikan perusahaan Java Pasific Film dan bersama Wong Brothers memproduksi Pareh (1935). Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses komersil. Balink dan Wong akhirnya sama-sama bangkrut. Pada tahun 1937, Balink mendirikan studio film modern di daerah Polonia Batavia yang bernama ANIF (Algemeene Nederland Indie Film Syndicaat) dan memproduksi Terang Boelan/Het Eilan der Droomen (1937). Film ini berkisah tentang lika-liku dua orang kekasih di sebuah tempat bernama Sawoba. Sawoba adalah sebuah tempat khayalan yang merupakan singkatan dari SA(eroen), Wo(ng), BA(link) yang tak lain adalah nama-nama penulis naskah, penata kamera, editor, dan sutradaranya sendiri. Walau meniru gaya film Hollywood The Jungle Princess (1936) yang diperankan Dorothy Lamoure namun film ini memasukkan unsur lokal seperti musik keroncong serta lelucon yang diadaptasi dari seni panggung. Film ini sukses secara komersil dan distribusinya bahkan sampai ke Singapura. Pemeran utama wanitanya, Rockiah setelah bermain di film ini menjadi bintang film paling terkenal pada masa itu. Kala ini Terang Boelan (1937) adalah film yang amat populer sehingga banyak perusahaan yang menggunakan resep cerita yang sama.



     Pada tahun 1939 banyak bermunculan studio-studio baru seperti, Oriental Film, Mayestic Film, Populer Film, Union Film, dan Standard Film. Film-film populer yang muncul antara lain Alang-alang (1939) dan Rentjong Atjeh (1940). Pada masa ini pula kaum pribumi mulai diberi kesempatan untuk menjadi sutradara yang perannya hanya sebagai pelatih akting dan dialog. Justru yang paling berkuasa pada masa itu adalah penata kamera yang didominasi orang Cina. Pada era ini pula muncul kritik dari kalangan intelek untuk membuat film yang lebih berkualitas yang dijawab melalui film, Djantoeng Hati (1941) dan Asmara Moerni (1941). Para pemain dari kedua film ini didominasi kaum terpelajar namun karena dirasa terlalu berat, para produsen film akhirnya kembali ke tren awal melalui film-film ringan seperti Serigala Item (1941), Tengkorak Hidup (1941).




      Pada akhir tahun 1941, Jepang menguasai Indonesia. Semua studio film ditutup dan dijadikan media propaganda perang oleh Jepang. Jepang mendirikan studio film yang bernama Nippon Eiga Sha. Studio ini banyak memproduksi film dokumenter untuk propaganda perang. Sementara film cerita yang diproduksi antara lain Berdjoang (1943) yang disutradarai oleh seorang pribumi, Rd. Arifin namun didampingi oleh sutradara Jepang, Bunjin Kurata. Pasca kemerdekaan RI pada tahun 1945, studio film milik Jepang yang sudah menjadi kementerian RI direbut oleh Belanda dan berganti nama Multi Film. Film-film yang diproduksi antara lain Djauh Dimata (1948) dan Gadis Desa (1948) yang diarahkan oleh Andjar Asmara. Di era ini pula muncul nama Usmar Ismail yang kelak akan menjadi pelopor gerakan film nasional. Pada tahun ini pula, 1949, para produser Cina lama mulai berani mendirikan studio lagi. The Theng Chun dan Fred Young mendirikan Bintang Surabaja. Tan Koen Youw bersama Wong mendirikan Tan & Wong Bros. Salah satu film produksi Tan & Wong Bros yang populer adalah Air Mata Mengalir Di Tjitarum (1948).



Kisah Hidup Pelukis Besar Surealisme

 

 

    Salvador Dali, pelukis surealis terkenal, terlahir dengan nama Salvador Felipe Jacinto Dali i Domenech pada tanggal 11 Mei 1904, di desa pertanian kecil Figueres di Spanyol.
Dali merupakan anak tunggal dari notaris kaya, telah menunjukkan minat pada seni sejak usia dini.
   Setelah menerima pelajaran seni oleh guru privat di Figueres, Dali belajar di Akademi Seni Rupa di Madrid dan mengadakan pameran solo pertamanya pada tahun 1925 pada usia 21 tahun.
Di akademi itulah Dali mulai mengenal berbagai kalangan seniman seperti pembuat film Luis Bunuel dan Penyair Federico Lorca.
   Meskipun menjadi siswa brilian, Dali menolak untuk mengambil ujian gelar dari akademi, mengklaim para penguji tidak cukup berkualifikasi untuk menilai karyanya.
  Akibat insiden tersebut, dia diusir dari akademi.
Dali pindah ke Paris pada tahun 1926, dan dua tahun kemudian bekerja sama dengan Luis Bunuel sebagai penulis skenario untuk Un Chien Andalou (Anjing Andalusia), sebuah film yang membuat dia masuk dalam lingkaran surealis Paris yang dipimpin oleh Andre Breton.
   Gaya hidupnya yang bohemian dan kecenderungannya pada skandal membuat Dali segera diterima dalam kelompok.
Selama periode ini dia berkonsentrasi pada pengembangan gaya unik yang disebutnya “Paranoia Kritis”.

   Salah satu contoh paling terkenal dari lukisan Paranoia Kritis adalah “The Persistence Memory (1931)” – sebuah karya unik yang mengekspresikan sifat fana waktu melalui jam yang tampak mencair.





     Pada tahun 1929, Dali bertemu Gala Elouard, seorang imigran Rusia dan istri Paul Elouard, penyair Perancis.
Meskipun Gala berusia sepuluh tahun lebih tua dari Dali, hubungan mereka segera berubah menjadi romantis, dengan Gala menjadi model dan manajer bisnisnya.

    Gala akhirnya bercerai dari suaminya pada tahun 1929, dan menikah dengan Dali di Paris pada tahun 1934.
Pada pertengahan tahun 1930, hubungan Dali dengan gerakan surealis mulai retak.

    Kekaguman Dali pada Hitler dianggap melawan etika surealis. Ketika dia juga menyatakan dukungan kepada Jenderal Franco dari Spanyol, hubungan dengan kaum surealis menjadi terputus sama sekali.
Dali meninggalkan Paris pada tahun 1940 dan pindah ke Amerika Serikat. Dengan gaya flamboyan dan bakat untuk promosi diri, dia segera masuk dalam pergaulan sosial kelas atas.
Selama periode ini Dali dijuluki “Avida Dollars (serakah untuk dolar)” oleh Andre Breton.

Dali kemudian menjawab “Satu-satunya perbedaan antara saya dan surealis adalah bahwa saya seorang surealis”.

Ketertarikan Dali bergeser dari lukisan ke sastra. Pada tahun 1940-an, dia menerbitkan novel “Hidden Faces” pada tahun 1944.


 Dia juga menulis beberapa volume otobiografi flamboyan selama periode tersebut, termasuk “The Secret Life of Salvador Dali”



    Pada tahun 1948, Dali dan Gala kembali ke Spanyol, menghabiskan sebagian besar waktu mereka di rumah mereka di Lligat.
Saat itu, lukisan Dali mengambil pendekatan yang lebih klasik, berfokus pada tema religius dan sejarah, bukan lagi surealistik.

Karya berkisar sejarah yang terkenal diantaranya “The Discovery of America by Christopher Columbus” yang dipamerkan di Museum Dali di St.Petersburg, Florida.




  sementara karya-karyanya selama periode ini menerima penghargaan, terdapat suara miring yang menyatakan bahwa dia tidak menghasilkan lukisan bernilai artistik setelah tahun 1930-an.

  Sementara tidak ada yang bisa menyangkal kecemerlangan teknis karya-karyanya, lukisan Dali hanya merupakan pengulangan tema yang sudah ada sebelumnya, seperti “Christ of Saint John of the Cross”.


    Pada tahun 1965, Dali beralih membuat patung dari perunggu dan kristal. Tapi disini terlihat betapa dia mulai kehilangan orisinalitas.
Banyak tema patungnya mengambil tema dari subjek yang pernah dilukisnya.

   Pada periode ini, Dali lebih dikenal karena pesta-pesta mewah dan perilaku eksentrik dibandingkan dengan fokusnya pada seni yang telah membesarkan namanya.

Pada tahun 1980, Dali didiagnosa menderita cerebral. Karena tidak lagi mampu memegang kuas, dia pensiun dari dunia melukis.
Pada tahun 1982, Gala meninggal. Peristiwa ini sangat mempengaruhinya dan mulai membuat Dali semakin menyepi.
Akhirnya, Salvador Dali -sang pelukis besar surealis- meninggal pada tanggal 23 Januari 1989 akibat gagal jantung.